Tusam (Pinus merkusii) merupakan salah satu spesies hutan tropis yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta peran ekologis yang penting dalam sistem agroforestri dan konservasi.
Karena itu, proses budidayanya membutuhkan pendekatan teknis yang tepat sejak dari tahap benih hingga penanaman lapangan.
Persiapan Awal, Penaburan Benih Tusam
Sebelum memasuki proses tabur benih, langkah awal yang harus diperhatikan yaitu perendaman benih dalam air dingin. Waktu yang kami sarankan antara tiga hingga empat jam. Hal ini bertujuan untuk melembabkan kulit biji dan merangsang pembelahan sel.
Setelah itu, penyiapan media tanam menjadi tahap penting berikutnya. Campuran tanah humus dan pasir halus berukuran ±2 mm digunakan dengan rasio 1:2.
Untuk menghindari kontaminasi penyakit, media ini disterilkan dengan metode penggorengan selama 4 hingga 6 jam, lalu dijemur hingga kering.
Setelah media siap, masukkan ke dalam wadah plastik setinggi 5 cm. Wadah ini kemudian diletakkan di rak dalam rumah kaca atau bedeng tabur.
Benih ditabur merata lalu ditutup tipis oleh media yang sama setebah ukuran benih itu sendiri.
Kemudian, dalam rentang 15 hingga 20 hari, benih akan mulai menunjukkan tanda-tanda perkecambahan, dan proses ini berlanjut hingga satu setengah bulan kedepan.
Tahap Penyapihan Benih
Setelah bibit berumur lima hingga delapan minggu, di mana kulit biji telah rontok dan daun jarum pertama mulai tumbuh, proses penyapihan sudah dapat dilakukan.
Namun sebelum itu, siapkan terlebih dahulu kantong plastik berisi media tanam campuran tanah, pasir, dan kompos dalam rasio 7:2:1.
Untuk mendukung simbiosis mikoriza yang menjadi ciri khas spesies ini, disarankan untuk menambahkan tanah humus dari bawah tegakan tusam tua.
Tambahan pupuk NPK sebesar 0,25 gram per kantor juga diperlukan sebagai penyokong unsur hara awal.
Jika sudah, bibit bisa dipindahkan dengan posisi tegak lurus. Akar utama harus tetap memanjang tanpa lipatan. Pastikan bibit tidak mengalami luka fisik.
Proses pemindahan ini sebaiknya dilakukan di tempat teduh agar bibit tidak mengalami stres lingkungan yang berlebihan.
Pemeliharaan Bibit di Persemaian
Setelah masuk ke dalam kantong media, bibit membutuhkan perlakuan secara intensif. Kegiatan utama berupa penyiraman teratur pagi dan sore hari.
Selain itu, diperlukan naungan berupa paranet atau dedaunan kering untuk menjaga kelembapan dan melindungi bibit dari terpaan langsung air hujan serta paparan sinar matahari.
Langkah selanjutnya mencakup penyemprotan fungisida untuk mencegah damping off. Selain itu, gulma harus segera dicabut agar tidak bersaing dalam penyerapan unsur hara.
Pemupukan dengan NPK dilakukan 2 minggu sekali. Bila terdapat kantong plastik dengan bibit mati atau pertumbuhannya tidak baik, maka penyulaman harus dilakukan segera.
Apabila ditemukan akar yang menembus dasar kantong, pemotongan secara hati-hati wajib Anda lakukan.
Persiapan Sebelum Bibit Ditanam
Sebelum bibit dibawa ke lapangan, beberapa tahap persiapan perlu dilaksanakan. Lahan dibersihkan terlebih dahulu dari vegetasi pengganggu seperti alang-alang, perdu, maupun semak
Selanjutnya, dilakukan pengolahan tanah baik secara manual maupun mekanis. Apabila kondisi lahan miring, pemrosesan harus memperhatikan teknis konservasi tanah untuk mencegah erosi.
Pun begitu, di lahan miring juga perlu dipasang acir atau jalur tanam yang sejajar dengan kontur tanah.
Setelah itu, lubang tanam disiapkan sesuai ukuran bibit. Pengangkutan bibit ke lokasi tanam harus dilakukan dengan hati-hati. Bibit tidak boleh bertumpuk terlalu lama agar tidak mengalami stres dan kerusakan mekanis.
Penanaman Bibit Tusam
Ketika waktu tanam telah tiba (biasanya pada awal musim hujan), bibit ditanam setelah kantong plastik dilepas.
Media tanam pun tidak boleh rusak saat pemindahan. Bibit ditempatkan dalam lubang lalu ditutup rapat dengan tanah dan dipadatkan ringan pada bagian pangkal.
Penanaman harus menjamin posisi bibit tetap tegak. Sistem tanam dapat mengikuti pola tumpangsari maupun monokultur, tergantung kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar.
Apabila sistem tumpangsari dipilih, maka jenis tanaman sela harus disesuaikan dengan karakteristik lokasi.
Pengelolaan Tanaman di Lapangan
Setelah bibit tertanam di lapangan, pemeliharaan bertujuan untuk memastikan pertumbuhan yang baik dan menciptakan tegakan berkualitas.
Langkah pertama yakni penyulaman. Ini dilakukan satu bulan setelah penanaman atau saat ditemukan bibit mati. Waktu yang pas untuk melakukan penyulaman yakni pertengahan musim penghujan.
Langkah berikutnya ialah penyiangan. Gulma dan tanaman pengganggu harus segera disingkirkan agar tidak terjadi kompetisi hara dan cahaya.
Pada lahan dengan tanah padat atau drainase buruk, harus dilakukan pendangiran ringan di sekeliling tanaman dengan radius setengah meter.
Jika ditemukan gejala serangan hama atau penyakit, tindakan preventif perlu segera dilakukan. Bisa melalui pemangkasan bagian tanaman yang terinfeksi atau penggunaan pestisida.
Namun Anda tetap harus memperhatikan ambang batas ekonomi agar tidak menimbulkan dampak lingkungan secara berlebih.
Terakhir, penjarangan dilakukan ketika tajuk antar pohon mulai saling bersinggungan. Pohon yang tak sehat, tumbuh tak normal, atau terserah penyakit dieliminasi.
Tujuan dari penjarangan ini ialah menciptakan ruang tumbuh yang lebih luas bagi pohon sehat sehingga mutu dan volume kayu akan meningkat.
Langkah tambah berupa pengendalian kebakaran juga sangat penting. Karena tusam sangat peka terhadap api, maka dibuat jalur sekat api dan patroli rutin. Sistem komunikasi yang efisien pun diperlukan untuk mempercepat respons dalam situasi darurat.
Sumber: Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Reboisasi