Mangium (Acacia mangium) merupakan salah satu spesies pohon cepat tumbuh yang kerap dimanfaatkan dalam berbagai program, diantaranya:
- Program reboisasi
- Hutan tanaman industri
- Dan reklamasi lahan pasca tambang
Tanaman mangium ini cukup adaptif terhadap berbagai jenis tanah. Selain itu, mangium cukup unggul dalam fiksasi nitrogen sehingga menjadikannya pilihan utama untuk rehabilitasi lahan marginal.
Pemilihan dan Penanganan Benih yang Tepat
Pada proses awal, buah polong mangium harus segera dikeringkan setelah pengumpulan. Pengeringan ini dilakukan selama 24 jam hingga 48 jam di bawah sinar matahari langsung, tanpa melebihi suhu 43°C. Ini langkah penting untuk menjaga mutu fisiologis benih.
Setelah polong mengering, benih bisa diekstraksi secara manual atau menggunakan alat bantu seperti pengaduk semen berisi balok kayu. Kemudian benih dibersihkan dahulu dari sisa kotoran menggunakan ayakan.
Sebagai informasi tambahan, dalam satu kilogram benih bersih saja sudah terkandung sekitar 80.000 hingga 110.000 butir biji.
Tahap Penyimpanan
Sesudah dikeringkan hingga kadar air 6-8 persen, benih disimpan dalam wadah tertutup rapat seperti botol kaca atau jerigen bersih.
Penyimpanan dilakukan dalam suhu rendah sekitar 0-5°C untuk menjaga daya kecambah tetap tinggi. Dengan perlakuan seperti ini dapat mencegah kerusakan akibat suhu tinggi dan serangan hama penyimpanan.
Tahap penyimpanan sudah selesai, selanjutnya yaitu penaburan. Namun alangkah baiknya sebelum ditabur, benih tadi direndam dalam air mendidih selama 30 detik, lalu dipindahkan ke air dingin selama dua jam.
Prosedur ini sangat penting untuk memecah dormansi benih, sehingga memudahkan benih berkecambah secara merata.
Teknik Penaburan
Setelah melalui perlakuan awal tadi, sekarang benih bisa ditabur pada bedeng semai maupun langsung ke dalam kontainer.
Penaburan di bedeng semai menghasilkan daya tumbuh sekitar 37%, sedangkan penaburan langsung dalam kontainer dapat menghasilkan kecambah lebih dari 85%.
Untuk metode langsung, biasanya digunakan 1 hingga 3 biji per kontainer tapi itu semua tergantung pada tingkat viabilitas.
Media semainya bisa berupa pasir kasar atau kerikil halus yang bersih digunakan sebagai penutup benih. Penaburan dilakukan di bawah jaring naungan 50% guna menjaga kelembapan dan kestabilan suhu mikro.
Fase Perawatan
Selama masa persemaian, bibit memerlukan penyiraman secara teratur dengan sprayer bertekanan rendah agar air tidak merusak tanaman muda.
Penyiraman yang berlebihan dapat memicu pembusukan, sedangkan bila kekurangan air pun akan membuat bibit menjadi kerdil.
Selain penyiraman, pemupukan juga perlu Anda lakukan. Pemupukan dilakukan mulai hari ke-10 setelah tanam menggunakan pupuk NPK.
Pemupukan setelah itu dilakukan rutin dua kali seminggu, lalu diikuti penyiraman ringan untuk membersihkan residu pupuk pada daun.
Kemudian, bibit dirawat hingga mencapai 25 hingga 40 cm selama 12 minggu, sebelum akhirnya dipindahkan ke lapangan.
Proses Penanaman
Bibit ditanam saat awal musim hujan, setelah lubang tanam disiapkan dengan ukuran 13 cm dalam dan 20 cm dalam. Bibit dipindahkan ke dalam lubang tersebut setelah kontainer dilepas, kemudian ditutup tanam dan dipadatkan ringan.
Pada lahan miring, penanaman mengikuti garis kontur tanah. Sedangkan di lahar datar, penanaman tetap dilakukan sejajar. Jarak tanam disesuaikan dengan tujuan penanaman.
Produksi kayu bakar memerlukan jarak lebih lebar hingga 4 x 4 meter, sementara produksi kayu gergajian menggunakan jarak lebih rapat seperti 2 x 2 meter.
Evaluasi Pemeliharaan
Setelah tanam, penyulaman dilakukan satu hingga dua bulan berikutnya. Penyulaman ulang bisa dilakukan saat tanaman berumur 1-2 tahun pada musim hujan.
Selain itu, penyiangan gulma dan pendangiran tanah di sekitar tanaman dilakukan minimal tiga kali setahun. Penyiangan ini mencegah kompetisi hara, sedangkan pendangiran memperbaiki porositas tanah serta menekan risiko erosi.
Jika unsur hara tanah kurang, pemupukan susulan sangat dianjurkan. Penentuan jenis dan dosis pupuk dilakukan berdasarkan hasil analisis tanah. Bila terdapat gangguan hama atau penyakit, pengendaliannya bisa dilakukan secara fisik atau kimia sesuai kondisi di lapangan.